Merajut kebersamaan ketika sedang tidak siap memang menimbulkan risiko. Tanyakan saja itu pada Dara (Zara) dan Bima (Angga). Ketika sedang sayang-sayangnya, mereka bukan ditinggalkan. Namun, dituntun pada hubungan yang lebih serius, Semuanya bermula dari Dua Garis Biru yang ditunjukkan Dara pada Bima.
Sebuah pernikahan yang terlalu dini. Salahkah mereka? Mungkin saja iya, pun tidak. Tuhan tentunya tidak pernah menentang orang yang sedang berjodoh. Dara dan Bima adalah dua sosok itu. Hanya saja prosesnya berbeda. Terlalu dini bagi keduanya untuk merajut cinta dan berperan sebagai sosok yang sudah dewasa.
Padahal keduanya, hanyalah remaja biasa yang seharusnya berada pada status “cinta monyet”. Ada pertentangan, tanya dan cinta di sini. Siapkan Dara dan Bima berada dalam posisi dua orang dewasa yang berjodoh, menikah, dan memiliki buah hati di usia yang muda?
Hal ini masih ditambah lagi dengan sikap orang tua mereka yang memang menyatakan bahwa menjadi orang tua adalah hal yang tidak mudah. Sikap orang tua Dara dan Bima yang semulanya meninggi, kemudian mereda. Karena, toh padahal nantinya kedua anak mereka akan pergi dan lepas dari pengawasan mereka.
Lagi-lagi, pertanyaan pun muncul. Siapkah Dara dan Bima? Apakah keduanya sudah berpikir secara dewasa ketika masih berada dalam raga yang masih remaja? Bagaimana kisah akhir cinta Dara dan Bima? Bagaimana dengan buah hati mereka yang akan segera lahir? Sanggupkan mereka memainkan peran sebagai dua orang dewasa yang sedang menaiki tangga untuk rumah di masa depan?
Cinta, kedewasaan, keluarga dan tanggung jawab. Cinta tak lagi bicara proses. Namun, cinta adalah kewajiban yang terjadi pada dua anak manusia. Biarkan mereka memilih, cinta datang karena terbiasa.
Tayang mulai tanggal 11 Juli 2019, film Dua Garis Biru dapat kamu saksikan di seluruh bioskop di Indonesia.
Garis Biru yang Tegas
Dara keluar membuka pintu kamar mandi. Bibirnya masih bungkam. Dara mengulurkan tangannya, seraya menyerahkan test pack pada Bima. Lalu, dua garis biru muncul dari alat tes hamil tersebut. Keduanya berdiri kaku, diam membisu. Keduanya menyembunyikan pandangan mata. Rasa gagap dan kalut bercampur menjadi satu.
Gambaran ini mempertegas bahwa cinta yang datang terlalu dini bisa saja menyulitkan. Namun, Dara dan Bima harus menjalaninya.
Dua Garis Biru yang sempat dikritik lantaran terlalu gamblang menceritakan permasalahan dinamika remaja. Namun, permasalahan harus diselesaikan. Bukan lantas dibiarkan atau berlarut-larut atas ego masing-masing. Itu faktanya. Kecuali ada hal-hal yang memang harus ditutupi. Namun, bukankah kita semua hidup harus menerima fakta? Hanya saja, fakta itu harus disikapi dengan baik.
Gina S. Noer selaku sutradara menggambarkan tanpa basa-basi. Sebuah isyarat tentang pentingnya pendidikan seks sejak usia dini. Bukan pada konteks mengajak anak-anak remaja untuk membolehkan remaka melakukan hubungan yang luas sejak dini.
Buktinya alur cerita ini dibuat dengan landasan yang jelas sejak awal. Konflik pun dibiarkan menganga agar terasa jelas. Hasilnya? Cerita film ini tegas dan jelas. Plus, ada solusi yang diberikan di dalam film ini. Pilihan-pilihan solusi yang membuat situasi menjadi campur aduk. Haru, kepolosan remaja, kehanngatan keluarga hingga tawa benar-benar menyatu di dalam filmnya.
Dua Garis Biru pun tegas dalam memainkan warna anak-anak mudanya. Di sepanjang film, kamu akan disuguhkan dengan warna-warna gambar yang disesuaikan dengan mood adegannya.
Sebuah film drama remaja yang berkelas, ketika banyak produksi film-film lainnya yang hanya menawarkan cerita yang itu-itu saja.
Zara JKT48 Semakin Matang
Pertama kali tampil di layar lebar, Zara JKT48 sudah mencuri perhatian di film Keluarga Cemara. Kali ini ia ambil bagian menjadi pemeran utama di Dua Garis Biru. Hasilnya? Zara JKT48 jadi lebih matang. Mungkin saja karena arahan Gina S. Noer yang tepat, atau pun naskahnya yang terbilang matang.
Bagaimana ketika ia datang dengan wajah kuyu, bibir yang penuh ragu, dan selalu membayangkan hal-hal yang selama ini tidak diduganya sebagai seorang remaja. Zara JKT48 sangat pas memainkan peran ini di dalam filmnya.
Tak ada lagi keraguan, lini pemeran utama menjadikan film ini tampil tanpa ketimpangan yang besar. Mungkin, suatu saat nanti, Zara JKT48 mulai berani mengambil peran yang lebih besar. Di luar dari peran-perannya sebagai anak remaja yang ‘gundah’ namun merasa semuanya baik-baik saja. Mungkin juga, suatu saat nanti Zara JKT48 mulai berani bermain tanpa arahan Gina. S Noer. Suatu saat nanti.
Gina S. Noer dan Ciri Khasnya
Awalnya, Gina S.Noer dikenal sebagai penulis naskah. Tak main-main, Film Possesif , Keluarga Cemara dan Ku Lari Ke Pantai bersama duetnya Arie Kriting adalha film-film yang naskahnya pernah ia tulis. Selalu rapi, tertata meskipun terkadang memainkan diam yang tersembunyi.
Ada makna-makna tersendiri dari naskah yang pernah ditulis oleh Gina. S. Noer. Membiarkan penonton larut dalam alunan ceritanya. Namun, di film Dua Garis Biru, Gina S.Noer tak lagi menjadi penulis naskah.
Ia menjalani debut sebagai sutradara. Mencoba keluar dari kursi nyamannya. Hasilnya, film ini tetap terasa bergaya Gina. S Noer. Elemen yang paling kental dair film ini adalah cinta dan keluarga. Ciri khas yang memang begitu melekat ketika Gina memainkan jari-jarinya dan mematangkan ide-ide dalam mengisahkan cerita film.
Dua Garis Biru bisa disebut sebagai bagian dari Gina S. Noer yang belum tersampaikan. Tertata rapi, namun dibiarkan membisu. Membuat penonton punya kesempatan untuk menentukan sendiri pilihan apa yang mereka lakukan ketika sudah terhanyut dalam ceritanya.
Tayang mulai tanggal 11 Juli 2019, kamu bisa cek jadwal dan beli tiket nonton film Dua Garis Biru di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS.
sumber
sumber
0 Komentar